Friday, October 19, 2012

Sepak Bola Tarkam, Potensi yang Terabaikan

| | 0 comments
Turnamen tarkam di Kecamatan Bener, Purworejo beberapa waktu lalu.
Bumi terus berputar dan waktu pun terus berjalan, setidaknya hingga kini. Begitu pun dengan sepak bola. Setiap hari dari lapangan satu ke lapangan lainnya silih berganti, pertandingan sepak bola selalu saja bisa kita jumpai. Baik di kota yang sudah menipis persediaan lapangan hijaunya, maupun di pedesaan yang juga sama nasibnya. Bola terus bergulir setiap sorenya. Sepak bola tarkam.

Tarkam atau antar-kampung mungkin bisa dibilang sebagai pertandingan kasta paling bawah, bagi sebagian orang. Pertandingan yang kadang tanpa aturan, tanpa wasit, tanpa harus repot-repot menyiapkan segala perlengkapan seperti sepak bola modern sekarang ini. Cukup dengan 1 bola dan 2 kesebelasan yang kadang tak berjumlah 11, bisa kurang ataupun lebih. Bahkan, dengan bola dari plastik sekalipun.

Saya jadi teringat saat masa SMP dan SMA dulu. Bersama teman-teman sekampung tanding tarkam tiap akhir pekan, hampir tidak pernah absen. Tanding di kandang, Lapangan Mini Ngemplak, dan juga tandang berkali-kali. Seru? Pastinya. Apalagi kalau saat tandang, beramai-ramai naik sepeda menuju lapangan yang sudah disepakati untuk jadi tempat tanding.

Ada kebanggaan tersendiri saat tanding tarkam. Baik menang maupun kalah hasilnya, tak jadi masalah. Karena di sini yang dicari senang dan serunya, meskipun sebenarnya kesal juga kalau kalah. Sesaat, setelah itu ya sudah, balas di lain waktu. Pernah juga waktu itu, jauh-jauh saya dan teman-teman naik sepeda dengan penuh semangat untuk tarkam, ternyata setelah sampai lapangan malah gagal tanding. Antara kecewa dan pingin ketawa.

Itu tadi sedikit cerita saya saat tarkam pada masa SMP dan SMA, kurang lebih 9 tahun yang lalu, sebagai gambaran tarkam era dulu. Tarkam dalam arti luas, pertandingan antar-kampung. Nah, fokus saya di sini adalah tarkam dalam arti yang lebih menyempit. Yakni, pertandingan antar-klub. Entah itu klub dari kampung ataupun klub yang sudah dikelola secara profesional meski statusnya masih amatir.

Di Kabupaten Purworejo misalnya, daerah asal saya, banyak sekali klub-klub sepak bola. Kalau misal dicacah, ada lebih dari ratusan, baik yang sudah terdaftar sebagai anggota Pengcab PSSI maupun yang belum. Klub umumnya berasal dari suatu kampung dengan nama yang beraneka, membawa nama kampung pastinya. Dan umumnya di setiap desa terdapat satu klub sepak bola, bahkan lebih. Tapi, ada juga desa/kelurahan yang tidak ada klubnya. Kampung tempat tinggal saya contohnya. 

Banyaknya jumlah klub dibarengi dengan masih banyaknya jumlah lapangan. Cukup beruntung memang, masih banyak lapangan yang terdapat sekarang ini di Purworejo. Salah satunya yang menjadi tempat favorit untuk sekadar bermain sepak bola adalah Alun-Alun Purworejo yang cukup luas itu. Berbagai kalangan usia dari anak-anak SD hingga orang-orang tua bisa dijumpai di sana tiap sorenya. Begitu juga dengan pertandingan tarkam, bisa dilihat di sana, di lapangan sepak bola yang ada di situ.

Selain tanding tarkam seperti biasanya, ada juga turnamen tarkam. Turnamen rutin digelar di hampir 75% dari total 16 kecamatan yang ada di daerah Kabupaten Purworejo. Biasanya, turnamen diadakan antara bulan Juni-September. Turnamen ini juga digunakan sebagai persiapan oleh beberapa klub untuk menghadapi kompetisi tingkat Pengcab PSSI yang digelar antara bulan Oktober - Desember.

Kebanyakan klub-klub sepak bola di Purworejo diisi oleh pemain-pemain muda. Bahkan, tak sedikit pula yang diperkuat oleh pemain-pemain usia sekolah, 20 tahun ke bawah. Kalau mau dihitung, ada berapa banyak pemain potensial di situ? Banyak, meski kebanyakan juga hanya berlatih otodidak. Tapi, di situlah tempatnya kalau ingin mencari bakat-bakat alami. Sayangnya, masih belum dioptimalkan oleh pihak yang (seharusnya) berwenang dalam pembinaan sepak bola.

Dari pertandingan tarkam pun, banyak hal yang bisa dipelajari dan digali di dalamnya. Tentang, apakah mereka, para pemain, bermain sesuai dengan peraturan permainan sepak bola di lapangan? meski banyak dari mereka yang tidak pernah membaca peraturan permain sepak bola dari FIFA dan hanya tahu dari temannyaBegitupun juga dengan wasit, apakah para wasit benar-benar menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan yang ada? meski hanya wasit dadakan atau wasit tingkat kampung saja. Bagaimana mereka bisa survive mengelola klub-klubnya meski hanya di tingkat kampung? baik yang serius maupun yang hanya dijadikan sebagai media hiburan. Dan lainnya.

Pertandingan tarkam, pertandingan yang bisa dapat dilihat setiap sore harinya di lapangan-lapangan kampung atau kota yang jumlahnya makin menipis, menjadi hiburan tersendiri bagi sebagian orang yang bisa menikmatinya. Potensi yang terabaikan. (@aritsantoso)

0 comments:

Post a Comment