Wednesday, October 17, 2012

Perjalanan ke Barat (part 2)

| | 0 comments
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 saat itu. Saya dan rombongan dari Pasoepati masih berada di sekitaran Hall Basket C menanti datangnya tiket masuk ke SUGBK. Sementara itu, jalanan di dalam GBK sudah mulai ramai. Dipadati oleh orang-orang beratribut merah, putih, dan warna lainnnya, warna khas suporter Indonesia. Hingga akhirnya koordinator rombongan datang membawa tiket, dan tiket pun dibagikan. Menjelang pukul 17.00, kami pun mulai berjalan untuk memasuki SUGBK.

Tiket masuk Kategori 3, Tribun Atas Utara SUGBK
Sambil berjalan, sebagian banyak sambil meneriakkan nyanyian-nyanyian khas suporter. Mendadak ramai jalanan sebelah barat SUGBK oleh ulah kami. Kami pun mendadak jadi pusat perhatian saat itu. Hingga sampailah di pintu masuk sebelah utara, antri dulu! Suporter tetap harus menjaga ketertiban kan.

Dan akhirnya, saya pun masuk ke SUGBK. Setelah naik beberapa anak tangga, berhenti sejenak di atas sebelum masuk ke tribun sembari melihat kondisi luar yang mulai ramai olah para pendukung Garuda. Merah mendominasi meski ada warna-warna lainnya.

Suasana di luar SUGBK pkl 17.00, belum begitu ramai.
Setelah masuk ke atas tribun, suasana dalam SUGBK masih sepi. Mungkin, baru 1-2 ribuan orang karena saat itu masih pukul 17.00 dan kickoff baru dimulai pukul 19.00. Dalam hati aku berujar, "Seperti ini toh SUGBK itu". Sambil menunggu waktu pertandingan dimulai, santai-santai dulu di tribun.

Narsis bentar, boleh lah :))
Sedikit demi sedikit tribun mulai penuh dan hari sudah mulai gelap. Lampu SUGBK pun mulai dinyalakan. Nyanyian khas suporter Indonesia mulai menggema di berbagai sudut, khususnya di tribun bawah bagian utara yang sudah dipenuhi oleh Jakmania, seperti biasanya.

SUGBK makin bergemuruh ketika para punggawa Garuda memasuki lapangan untuk pemanasan, "Indonesia..! Indonesia..! Indonesia..!" berulang kali diserukan. Sementara SUGBK sudah mulai penuh, hanya sisi atas sebelah selatan saja yang sedikit kosong. Kickoff tinggal beberapa menit lagi.

Akhirnya, FIFA Fair Play Anthem pun berkumandang di SUGBK. Kedua kesebelasan, Indonesia dan Turkmenistan, memasuki lapangan hijau diawali oleh ofisial pertandingan. Lagi-lagi seruan "Indonesia" menggemuruh.  Terlebih saat jatah lagu kebangsaan dinyanyikan, Indonesia Raya menggetarkan SUGBK malam itu. Riuh!

Flares membara di tribun selatan.
Priiit! Pertandingan dimulai. Tampak di bagian selatan, warna merah kekuningan membara. Red Flare pun membuka pertandingan malam itu. Saya sangat tegang kala itu. Untuk pertama kalinya bisa menyaksikan langsung pertandingan Timnas Indonesia di SUGBK. Sebuah kebanggaan tersendiri setelah bertahun-tahun bermimpi. Saya pun larut bernyanyi menyemangati para punggawa Garuda, Indonesia!

SUGBK makin bergetar ketika El Loco Gonzales menjebol gawang Turkmenistan pada menit ke-10. Puluhan ribu suporter dan penonton melonjak-lonjak kegirangan. Apa jadinya kalau tak hanya 1 gol tercipta malam itu? Dan itupun terjadi. Gol ke-2 kembali dicetak El Loco jeda 8 menit dari gol pertama. Flares membara di mana-mana. 2 - 0 Indonesia unggul.

Flares di tribun utara.
Babak pertama akhirnya ditutup dengan skor 3 - 0. M. Nasuha yang menjadi aktornya melalui gol spektakulernya dari luar kotak penalti. Babak pertama yang cukup menguras tenaga baik bagi pemain maupun suporter yang tak henti-hentinya bernyanyi (kecuali yang tidak, hehe..). 

Tampak wajah-wajah ceria karena Indonesia sedang unggul jauh dari Turkmenistan. Badan saya pun basah oleh keringat. Saat jeda akhirnya cuma duduk sambil mengumpulkan tenaga lagi. Karena, babak ke-2 saya yakini pertandingan akan berjalan makin seru.

Babak kedua pun dimulai, 25 menit awal pertandingan berjalan biasa-biasa saja menurut saya. Meskipun begitu, nyanyian-nyanyian dari suporter terus bergema. Salah satunya lagu Indonesia Pusaka yang diawali oleh para Jakmania akhirnya merembet ke hampir seluruh tribun SUGBK.

Tapi, ada salah satu momen yang lucu pada tengah-tengah pertandingan. Ada seseorang yang menyalakan kembang api yang sebenarnya tidak diperkenankan. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan kembang api tersebut, cuma yang menjadi perhatian di sini adalah ketika orang itu mengarahkan kembang api ke atap SUGBK. Kembang api pun memantul dan meledak di kerumunan para penonton yang ada di tribun. Nyaris ribut saat itu. Tapi akhirnya bisa terkendali. Apa jadinya kalau benar-benar ribut dengan pendukung sendiri hanya karena kembang api? Haha.

Lanjut, memasuki menit ke-70-an, suasana menjadi berbeda. Pertandingan kembali seru ketika Turkmenistan membalas gol meski lewat kaki M. Nasuha, gol bunuh diri. Skor jadi 3 - 1 pada menit ke-73. Para Garuda pun kambeli membalas dengan golnya. M. Ridwan dengan tenang mengarahkan bola ke arah kiri gawang, dan gol! Tribun kembali bergetar, suasana semakin bergemuruh. 4 - 1 pada menit ke-83.

Tapi, suasana seolah berbalik 180 derajat saat 2 gol dari pemain Turkmenistan menjebol gawang Ferry Rotinsulu. Skor 4 - 3 pada menit ke-86. Tribun mendadak sepi, terhenyak oleh 2 gol tersebut. Saya pun demikian, sejenak duduk terdiam. Nasib Indonesia di antara 2 sisi. Peluang lolos dan tidak kini jadi 60% - 40%. Kebobolan 1 gol lagi saja tiket lolos ke babak selanjutnya akan amblas.

Menit-menit akhir di waktu tambahan, suasana makin riuh. Riuh oleh teriakan para pendukung Garuda yang juga sama dengan yang saya rasakan, harap-harap cemas. Sorakan menyemangati para Garuda, dan jeritan ketika pertahanan Indonesia diserang Turkmenistan. Sampai akhirnya wasit meniup peluit tanda babak kedua usai, pecah!

Suasana pun pecah akan keceriaan para punggawa Garuda, tim ofisial, dan puluhan ribu pendukung Garuda. Lega rasanya! Lega setelah 90 menit lebih terkuras suara dan tenaga demi mendukung para Garuda. Rasa senang, cemas, dan nyaris kecewa serta lelah bercampur aduk. Dan terbayar oleh kemenangan 4-3 Indonesia atas Turkmenistan.

Pertandingan selesai. Perlahan tribun SUGBK kembali kosong ditinggalkan para pendukung Garuda. Kalau saya masih tetap berada di dalam sembari menunggu jalan turun sepi. Bahkan, saya di dalam sampai lampu SUGBK dimatikan dan mau tak mau harus turun. Gelap!

Sampai di bawah, saya jalan-jalan dulu sambil mencari kaos untuk ganti karena kaos yang saya bawa sudah basah semua termasuk yang saya pakai saat mendukung Indonesia tadi. Akhirnya saya dapat kaos dengan harga Rp 15.000,- setelah mengeluarkan jurus tawar-menawar. Harga dari penjual Rp 30.000,-, lumayan potong setengah harga, hehe.

Lalu di mana saya bermalam? Saya dan rombongan dari Pasoepati tidur di lapangan hockey, sebelah utara Hall Basket. Hanya berselimut jaket, yang penting bisa terlelap dan menghilangkan lelah sebelum esoknya pulang kembali ke timur, Solo.

Dan inilah akhir kisah dari sebuah perjalanan yang sangat berkesan. Pengalaman pertama mendukung Timnas Indonesia langsung di stadionnya, SUGBK. Takkan saya lupakan. Entah kapan bisa ke sana lagi, apalagi dengan keadaan sepak bola Indonesia sekarang ini. Ah sudahlah.. yang penting Jiwa Garuda tetap ada di dada, tetap dukung Indonesia! :)


0 comments:

Post a Comment