Thursday, October 11, 2012

Membina Pesepak Bola Usia Dini Purworejo Melalui Kompetisi (#1)

| | 0 comments
Pentingnya kompetisi pada pesebak bola usia dini. (foto mamasjo/ligapurworejo.blogspot.com)
Bicara soal sepak bola Jepang, maka pertama kali yang terlintas dalam pikiranku adalah seorang yang bernama Hidetoshi Nakata. Pemain yang pernah bermain beberapa liga di Eropa ini bisa dibilang menjadi salah satu pemain idolaku. Terlebih saat Nakata bermain di Parma, klub pertama Eropa yang aku sukai.

Setelah era Nakata dan juga Shunsuke Nakamura, mulai banyak pemain muda Jepang yang bereksodus ke liga-liga di Eropa. Contoh saja Shinji Kagawa dan Ryo Miachi, dua pemain muda yang naik daun pada awal karirnya di sana. Kenapa bisa begitu?

Jepang mulai menunjukkan tajinya sejak awal tahun 2000-an. Bahkan, sejak Piala Dunia 1998 hingga yang baru saja digelar 2010 lalu, Jepang selalu lolos ke putaran final. Di level kelompok usia pun, Jepang cukup berprestasi. Pembinaan sepak bola usia dini lah yang menjadi kunci kesuksesan mereka.

Seperti yang diungkapkan pelatih Timnas Jepang U-22, Yushasi Yoshida, dikutip dari bola.kompas.com (9 Juli 2012): "Kesuksesan kami bukan dari tim senior, tetapi yang paling penting adalah tim nasional kelompok umur. Dalam Federasi sepak bola di negara kami (JFA), memiliki sistem yang baik untuk mendidik berbagai tim dari kelompok umur, U-13, U-14, dan U-16".

Sistem seperti apa yang diterapkan di Jepang? "Kami sekarang membuat sistem kompetisi, di mana setiap minggu, kami selalu mengadakan laga untuk semua kelompok kategori umur. Banyak jam terbang sangat penting bagi pemain muda. Hal yang kami terapkan ini sama seperti yang dilakukan dalam pembinaan sepak bola Eropa," kata Yushasi Yoshida.

Bagaimana dengan sepak bola Purworejo? Apakah bisa sistem seperti di Jepang itu diterapkan di sini? Bisa! Perkembangan sepak bola Purworejo bisa dibilang cukup menunjukkan hasil meski belum memberikan prestasi terbaik. Kalau pun butuh tolok ukur, kesuksesan Persekabpur salah satunya. Tapi, menurutku bukan itu tolok ukur utamanya, melainkan kembali lagi ke soal pembinaan usia dini.

Sekitar 20-an lebih Sekolah Sepak Bola (SSB) tersebar 16 Kecamatan yang ada di Purworejo. Belum lagi, klub-klub sepak bola amatir yang jumlahnya lebih dari 50, termasuk yang belum terdaftar sebagai anggota PSSI Pengcab Purworejo. Baik SSB maupun klub amatir juga melakukan pembinaan usia dini. Tapi, apakah sudah optimal? Belum. Coba saja hitung, jika tiap SSB memiliki lebih dari 30 siswa, maka ada berapa bibit-bibit yang bisa dituai nantinya? Tambang emas, jika bisa dikelola dengan baik dan benar.

Banyaknya SSB dan klub tersebut merupakan potensi emas bagi kemajuan sepak bola Purworejo. Kenapa harus melalui kompetisi? Seperti yang telah dikatakan Yushasi Yoshida, dengan kompetisi pemain menjadi lebih banyak mempunyai jam terbang. Selain itu, kompetisi akan menjadi media bagi para pemain untuk membentuk mental mereka dan mengasah skill yang sudah didapat ketika latihan di SSB maupun Klub.

Apa targetnya? Tentunya harus sabar untuk meraih hasil dari pembinaan karena butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai target. Pembinaan selalu identik dengan prestasi jangka panjang, bukan prestasi instan yang dengan seketika bisa didapat. Seperti halnya apa yang dilakukan Jepang dan beberapa negara lain yang memiliki program yang serupa, fokus dalam pembinaan usia dini melalui kompetisi yang rutin dan berjenjang.

Bersambung...

referensi: 

0 comments:

Post a Comment