Salam kawan. Selamat berjumpa kembali. Akhirnya saya bisa kembali menulis meski hanya sekadar cerita belaka. Nah di tulisan ini akan saya ceritakan kisah perjalanan sebagai seorang "suporter", bukan lagi sebagai "soccer player". Ya bisa dibilang ini cerita serba “pertama kali” saya dari mulai perjalanan berangkat hingga pulang, untuk sesi pertama.
Kisah ini kisahku setahun yang lalu, kisah tentang perjalanan menuju ke barat demi mencari kitab suci. Eh bukan, lebih tepatnya demi yang namanya mendukung langsung sepak bola di ibu kota sana. Kata orang, entah siapa, belum jadi pendukung yang sesungguhnya jika belum mendukung langsung di stadion. Ada pula orang bilang, "Buat apa jauh-jauh ke sana kalau hanya ingin mendukung, nonton di tv saja gak repot!". Kalau saya pribadi, selama ada kesempatan kenapa tidak?
Tepatnya setahun lalu pada bulan Juli 2011, lebih tepatnya lagi tgl 27-30 Juli 2012, saya ke ibu kota demi yang namanya mendukung Timnas Indonesia. Timnas kala itu sedang berjuang dalam babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2014. Timnas jatah menjamu Turkmenistan pada putaran ke-2 setelah pada putaran ke-1 bermain imbang 1-1 di Turkmenistan.
Oke, mulai ya kisah perjalanan dari awal (27/7/11) sampai akhir (30/7/11). Saya berangkat dari Solo bersama rombongan Pasoepati (kelompok suporter di Solo). Kebetulan memang sedang merantau di Solo, dan saya mendapat informasi melalui twitter @Pasoepati yang mengadakan tour ke SUGBK. Dengan biaya 120ribu rupiah (transport PP dan tiket masuk), saya pun mendaftar. Semacam menjadi “penyusup” di rombongan orang, karena saya juga bukan termasuk anggota (nyengir).
Sampai akhirnya tiba masa keberangkatan, hari Rabu (27/7/11), tepat pukul 17.00 WIB kereta Senja Bengawan bergerak dari Stasiun Jebres, Solo. Saya berangkat bersama puluhan Pasoepati dan beberapa orang (bukan anggota) lainnya. menjadi pengalaman pertama ke Jakarta naik kereta, sekaligus akan menjadi pengalaman pertama mendukung langsung Timnas di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Sta. Tanah Abang |
Dan.. sampailah di komplek GBK. Semacam percaya tidak percaya, akhirnya bisa melihat dengan mata telanjang Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk yang pertama kalinya. Saya dan rombongan pun istirahat di samping Hall Basket C GBK sambil menunggu sore hari. Tiba di GBK masih terlalu pagi, sekitar pkl 08.00 WIB, dan masih sepi.
Pagi-pagi antrian pengambilan tiket sudah mengular. |
Karena penasaran, saya coba masuk mendekat ke SUGBK. Ternyata di sana sudah ada antrian manusia yang sedang mengambil tiket untuk nanti malam. Sambil saya mengelilingi SUGBK sambil merasa takjub bisa melihatnya dan berada di sana langsung. Bagi orang lain yang sudah berkali-kali ke sana mungkin akan bilang,”biasa saja”. Tapi, akan beda ketika itu adalah untuk yang pertama kalinya.
Semacam ada yang aneh. |
Singkat cerita, sore hari pun tiba. Setelah menunggu dengan sabar (sebenarnya gak sabar, iya sudah gak sabar ingin masuk SUGBK!), akhirnya tiket pun dibagikan. Pukul 17.00 WIB, saya dan rombongan bergerak dan masuk ke SUGBK. Untuk pertama kalinya antri di pintu masuk sebelum untuk pertama kalinya benar-benar masuk ke SUGBK.
Ini tiket masuk ke SUGBK di tribun kategori 3. |
Sampai di dalam SUGBK, tribun masih sepi karena baru beberapa yang sudah masuk. Perlahan-perlahan para pendukung Merah Putih dengan kaos atau baju warna merah dan atribut layaknya supporter tak lupa juga bendera merah putih memenuhi tribun. Sampai akhirnya tribun penuh (meski tak 100%).
Riuh suara nyanyian khas suporter pun terdengar dari berbagai sudut. Terlebih saat para pemain Timnas masuk ke lapangan untuk pemanasan. "Indonesia...! Indonesia...! Indonesia...!", seperti yang biasanya aku dengar melalui layar kaca, dan kini saya merasakannya langsung, juga ikut berteriak.
Tribun SUGBK dipenuhi pendukung Timnas. |
Bersambung..
nek nonton fotomu terakhir sg tribun kui, berarti dhewe cedhak mas. aku yo ntn ng tribun sudut kui, tp rodo dhuwur sithik. haha
ReplyDelete